Mencari Hidayah

Proses panjang perjalan hidup saya dalam mencari hidayah ingin saya share disini. Hidayah adalah hak prerogatif Allah. Cara Allah memberikannya bisa dengan berbagai jalan. Semua tidak terlepas dari kehendak Allah yang Maha berkehendak.

Ada orang yang diberi hidayah melalui jalur enak (terlihatnya), tapi ada juga melewati jalan berliku, nyasar ke lorong sempit/pengap dan (seperti)nya tiba-tiba secara kebetulan jalan terbuka, terjadi keajaiban dia yang berlumur dosa pindah “track” berada di jalan yang diridhoi Allah, Hidup tenang sampe akhir hayat dan mati dalam keadaan “husnul khotimah”.

Saya mungkin tidak ekstrim dalam kategori mudah atau yang terlalu sulit. Tapi merupakan kombinasi keduanya. Saya termasuk yang beruntung dididik oleh orang tua dan ditanamkan sendi-sendi agama yang kuat. Bapak dan ibu saya guru yang basic sekolahnya agama. Meskipun saya sekolah di sekolah umum, saya dibesarkan di lingkungan yang kokoh dasar agamanya. Namun karena singkatnya masa saya tinggal bersama orang tua yaitu hingga tamat SD, maka nilai-nilai agama yang ditanamkan terkontaminasi oleh pergaulan dan lingkungan baru yang saya temui.

Proses yang ditanamkan orangtua, terutama ibu saya memang singkat yaitu sejak saya dalam kandungan hingga tamat SD. Ini ternyata terpatri kokoh di sanubari. Dalam perjalanan hidup saya dengan pahit manis yang saya lalui, tiba-tiba di tahun 1997 saya diberi hidayah untuk berhijab. Pencetusnya sederhana, saya baca di majalah kartini tokoh yang terserang ‘stroke’ dalam tulisan tersebut hikmahnya dia jadi dekat sama Allah. Timbul kesadaran saya dan bertanya ke diri “apa saya harus stroke dulu baru dekat sama Allah” Singkat kata saya ngomong sama diri sendiri. “Saya tidak mau stroke dulu baru dekat sama Allah. Sejak saat itu saya putuskan memilih jalan Tuhan dengan memakai jilbab, sebagai hadiah bagi diri saya untuk ultah ke-33.

Ada pro-kontra dengan keputusan saya ini. Bagi saya ini bonus Allah, karena saya menyekolahkan putri saya di sekolah islam. Dukungan datang dari guru-guru sekolah putri saya.  Namun ada penolakan dari orang-orang terdekat saya. Berdalih saya masih muda, bla.. bla.. Namun keputusan saya kala itu adalah jalan Allah merangkul saya untuk lebih dekat dengan-Nya. Insyaallah, Aamiin Yra.

Tinggalkan komentar